TARGET 7,2 juta wisman untuk masuk ke Indonesia pada 2010 ini tampaknya bakal terealisasi, setidaknya sampai di penghujung tahun yang tinggal beberapa bulan lagi ini.
Optimisme ini muncul, terutama jika dikaitkan dengan keseriusan para pelaku pariwisata di Indonesia setelah menghadapi masa terpuruknya industri tanpa cerobong asap ini dengan terimbas isu flu babi, isu terorisme dan pasca tsunami Aceh beberapa waktu lalu.
"Tapi sekarang kondisinya sudah pulih kembali dan kami siap dengan target kunjungan wisman sebanyak 7,2 juta tahun ini," kata Arief Rachman dari Komite Nasional Pariwisata Minggu (20/9) dalam wawancara dengan pers di Jakarta.
Jika dibandingkan dengan tahun 2009 kondisi ini naik sekitar 25 persen. Hal ini yang menyebabkan jajaran pariwisata makin optimis apalagi setelah melihat meningkatnya kinerja para pelaku industri wisata di negeri ini.
Tersedianya objek kunjungan wisman ke Indonesia, terutama jika melihat beberapa objek ungulan yang telah masuk di UNESCO World Heritage. Yakni sebuah komite dibawah organisasi dunia UNESCO yang konsern pada masalah kepariwisata.
Tak menampik anggapan, kalau keterlibatan UNESCO ini akan sangat membantu objek yang jadi perhatiannya itu, "Sudah barang tentu adanya bantuan finansial seperti biaya perawatan dan pengembangan yang lain, mislanya dn egan bantuan ahli-ahli peneliti," lanjut Arief Rachman.
Lebih dari itu karena beberapa objek yang tercatat di daftar heritage comitee karena ia telah memberi banyak nilai keuntungan antara lain, adanya nilai ilmiah, nilai kemanusiaan (humanity value), nilai ekonomis (adanya income turisme), serta nilai sosial (sebagai sebuah identitas yang membanggakan).
Milik dunia.
Beberapa objek sudah tercatat di INESCO World Heritage itu antara lain Candi Borobudur, Museum fosil Sangiran, Desa Wisata Jatiluwih, serta taman Nasional Komodo. Inilah sederet tempat yang sudah bukan lagi milik Indoneia, tapi sudah milik dunia dengan kecirikhasannya masing-masing.
Tampaknya terlalu banyak yang bisa ditampilkan oleh Sangiran dan Borobudur sebagai sebuah kebanggaan milik Indonesia. Secara kebetulan keduanya itu memiliki kesamaan tipikal sebagai objek wisata sejarah yang tiada bandingnya di dunia.
Kedua tempoat wisata yang berada di provinsi Jawa Tengah itu ternyata masih menjadi primadona di negeri ini.
Sangiran merupakan area ekskavasi fosil-fosil manusia purba Pithecanthropus Erectus yakni manusia Jawa pra sejarah. Terletak terletak di 17 km ke utara kota Solo, jalan ke arah Purwodadi.
Di Jawa ternyata bukan hanya Sangiran, ada tempat serupa yakni Trinil di Ngawi dan Wajak Tulungagung. Meski begitu Sangiran lebih banyak menarik perhatian para ahli dan peneliti seperti Duyvyus (1936), Van Es (1937), Van Bemmelen (1937), Van Koeningswald (1938), bahkan ahli dari Indonesia seperti Sartono (1960), Suradi (1962), dan Otto Sudarmaji (1976).
Akan halnya Sangiran, Candi Borobudur di Kecamatan Borobubur Kab. Magelang ini juga masih memamcarkan pesonanya. Kedua tempat di Jawa Tengah ini, sampai kapan pun akan tetap membuat bangga bangsa Indonesia, itulah yang menyebabkan keduanya masuk di UNESCO World Heritage.
Minggu, 31 Oktober 2010
Sangiran dan Borobudur Masih Primadona


0 komentar:
Posting Komentar