SAYUP-SAYUP terdengar lantunan tembang Jawa yang mengalun menembus kesenyapan malam dengan kekhasan iramanya. Dua perempuan tampak sibuk "wira-wiri" dengan luwesnya mengenakan kebaya merah, dibalut kain jarik, tentu saja dengan rambut disanggul. Seperti tengah ada hajatan saja, pikir saya.
Namun bukan hanya dua orang itu saja ternyata yang berdandan adat Jawa. Di gedung itu, di lantai tiga, pada salah satu sudut ruangannya, berkumpul puluhan bahkan lebih dari seratusan orang yang juga berdandan adat Jawa.
Si laki-laki sebagian besar mengenakan blangkon dengan beragam jenis pakaian Jawa, seperti surjan, beskap dan bestar yang dipadu dengan kain jarit. Terlihat apik, ketika dari deretan bangku belakang melihat keris yang disemat dengan cara beragam pula di pinggang mereka. Sementara si perempuan juga berdandan ala Jawa seperti dua orang berkebaya merah tadi.
Di sudut depan ruangan, seorang perempuan duduk bersimpuh, didampingi beberapa laki-laki yang tengah asyik memainkan musik gamelan. Bersama kelompoknya dari Sanggar Karawitan Rekso Budoyo Karangawen, dia menyuguhkan sejumlah tembang Jawa. Perempuan itu bersimpuh tepat di sisi kanan panggung utama yang di dindingnya tertulis "Dengan Musyawarah Besar -6 Perkokoh Budi Pekerti Mengabdi untuk Negeri."
Bertempat di Gedung LPMP Jawa Tengah, di Jalan Kyai Maja, Srondol Kulon, hajatan tahunan Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) digelar pada Sabtu (3/7) dan Minggu (4/7) lalu. Mengusung tema "Perkokoh Budi Pekerti Santun Mengabdi untuk Negeri" acara tersebut dihadiri para anggotanya dari empat provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Jambi.
Bukan hanya tampilannya saja yang serba tradisional, termasuk kudapan yang disajikan. Dalam berinteraksi satu sama lain para peserta menggunakan bahasa daerah. Tak tanggung-tanggung, medar sabda atau sambutan Ketua Permadani Jawa Tengah, Suyanto SSos pun disampaikan dalam tuturan bahasa daerah setempat.
Suyanto memaparkan besarnya peran kebudayaan daerah sebagai unsur penting pembentuk kebudayaan nasional. Dirinya merasa prihatin dengan makin memudarnya nilai-nilai kebudayaan daerah pada generasi masa kini. Karena itu, kata Suyanto, peran bahasa daerah sebagai bagian pokok eksistensi kebudayaan daerah menjadi sangat penting.
Bahkan, dia meminta Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo agar mengadakan Kongres Bahasa Jawa. Demikian pula dengan pendidikan formal di sekolah, pihaknya akan mengusulkan agar Bahasa Jawa diajarkan lebih dini, yakni mulai Taman Kanak-kanak (TK).
Di kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Suroso MSi dari Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) I Jateng, berharap agar Permadani dapat terus aktif "urun rembug" ide atau gagasan yang konstruktif demi pembangunan kebudayaan daerah.
Peragaan Busana
Pemukulan gong menjadi simbol resmi dibukanya musyawarah besar yang dihadiri 123 orang itu. Sebelumnya, pada awal acara, peserta Mubes juga dihibur dengan pertunjukan dua remaja perempuan yang dengan gemulai membawakan tari Topeng Lengger Banyumasan dari perwakilan Permadani Wonosobo.
Tidak kalah menariknya, 16 orang pemuda dengan luwesnya berjalan bak model profesional di panggung. Pandangan mata peserta Mubes pun seakan kompak memperhatikan satu per satu dari mereka. Semula pemuda-pemuda itu hanya memperagakan busana Jawa yang dikenakannya.
Namun kemudian menjadi lebih menarik ketika pada sesi kedua peragaan busana itu, secara bergantian, dua orang maju ke depan untuk berpose ala priyayi Jawa. Sesaat mereka berhenti, ketika pranata cara menjelaskan detail serta maksud dari busana yang tengah dikenakan pemuda tersebut.
Itulah suasana malam budaya yang ditampilkan Permadani. Lembaga ini hadir mengambil perannya sebagai pelestari kebudayaan bangsa. Tak hanya budaya Jawa, ke depan Permadani akan merangkul pegiat budaya dari berbagai daerah lainnya di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Permadani akan eksis ditengah gerusan arus globalisasi yang terus menggilas budaya domestik. Untuk Indonesia yang berbudaya, Permadani ada.
sumber: www.suaramerdeka.com
Senin, 18 Oktober 2010
Untuk Indonesia Berbudaya, Permadani Ada


Peragaan Busana: Sebanyak 16 pemuda memeragakan busana adat Jawa dengan berbagai macam ragam, seperti busono sikep, beskap dan surjan. (SM CyberNews/ Farodlilah)
0 komentar:
Posting Komentar