Oleh: Diantika PW
INTRO Beethoven Symphony No.9 nampaknya mampu membangunkan lelapan Krisna, suami Diana. Perempuan berambut ikal ini memang sengaja menggeser volume Mp3 player nyaris mencapai batas maksimum, di hari libur yang hampir senja itu. Suara ngerot dari mulut Krisna pun sontak lenyap.
"Nakal kamu," ujar Krisna yang terperanjat lalu beranjak dari sofa sembari memencet hidung Diana yang mancung.
Perlahan, Diana lantas mencoba bertanya tentang keresahana apa yang dialami suaminya. Perbicangan singkat itu ternyata cukup menguatkan penyebab kebiasaan bruxism (clenching teeth, grinding teeth) yang akhir-akhir ini dialami Krisna. Ketakutannya menghadapi mutasi, membuat psikis karyawan sipil ini cukup mengalami kecemasan.
drg MI Grace W Susanto MM menjelaskan, pengobatan untuk penderita bruxism seperti yang dialami Krisna, memerlukan kerja sama yang baik antara penderita dan dokter gigi. "Sebab faktor psikis sangat mempengaruhi dalam penyembuhannya," kata Grace.
Bruxism atau yang yang sering disebut ngerot (Jawa) merupakan kebiasaan menggesek-gesekkan (mengerat-red) gigi geligi rahang atas dan bawah dengan sangat kuat hingga terdengar bunyi gemeretak cukup keras.
Menurut Grace, menghilangkan kebiaaan di bawah sadar yang dilakukan saat tidur ini membutuhkan kejujuran dan keterusterangan dari penderita tentang apa yang dirasakan membebani pikiran dan psikisnya selama ini. Penyembuhan dapat dibantu dengan memakai alat khusus semacam prothese yang terbuat dari bahan acrylic atau silicon lunak yang secara perlahan-lahan akan mengurangi ketegangan otot-otot daerah kepala, leher dan bahu.
Untuk mengurangi atau menghilangkan beban pikiran karena faktor-faktor tertentu tadi, lanjut Grace, dapat dibantu dengan cara yang cukup mudah. "Yakni melakukan meditasi sederhana menjelang tidur, sehingga saat berangkat tidur semua pikiran yang membebani diharapkan akan secara berangsur dapat dihilangkan atau dilupakan," urainya.
Timbul Kerusakan Gigi
Dari hasil studi pada penderita dengan kebiasaan ngerot di saat tidur menunjukkan 95% mengalami kelainan pada sendi rahangnya dan 35% darinya mengalami kerusakan pada sendi itu. Namun hanya 20% penderita yang menyadari akan adanya ketidaknormalan sendi rahangnya dan mencari penyebabnya.
Dokter gigi sekaligus pengamat budaya jawa ini melanjutkan, akibat lain dari ngerot juga dapat menimbulkan gigi-geligi goyang tanpa sebab yang jelas. "Pada orang dengan gigi palsu (prothese acrylic), sering kali gigi palsu tersebut patah. Pada beberapa penderita dengan gigi-geligi yang ditambal, tidak jarang tambalan itu terlepas," kata dia.
Bahkan pada penderita bruxism kronis sering juga gusi mengalami peradangan sampai berdarah. Gigi dapat juga terasa ngilu pada semua bagian, terutama bila makan makanan yang merangsang (panas, dingin, manis). Bila belum terlalu parah, untuk dapat menguatkan kembali gigi-gigi yang goyang ini bisa minta bantuan dokter gigi.
Pada kasus yang khusus, penderita harus secara rutin melakukan serial terapi pada dokter gigi, bahkan jika diperlukan dapat dengan bantuan seorang psikiater. "Memang diperlukan kesabaran agar kebiasaan itu benar-benar hilang. Akan lebih baik jika secepatnya pemicu kebiasaan ini sesegera mungkin dikonsultasikan, sebab tak hanya merusak gigi, tapi juga dapat mempengaruhi perkembangan psikis penderitanya," pungkas Grace.
sumber: www.suaramerdeka.com
Senin, 18 Oktober 2010
Penyembuhan Psikis untuk Penderita 'Ngerot '


(SM CyberNews/ Diantika PW)
0 komentar:
Posting Komentar